Sabtu, 23 Mei 2009

Menyimak Cerita Wayang

Beberapa hari setelah mendengarkan acara wayang di RRI Cirebon, tepatnya malam rabu saya tahu dari Bapak di RSPD Kuningan (itu juga kalau tidak salah) ada siaran wayang golek jam 9 malam. Tapi bukan siaran langsung katanya dari rekama kaset.
Malamnya saya sudah siap-siap dan berniat untuk mendengarkan cerita wayang yang akan disiarkan, ternyata lakon yang dimainkan adalah Nurkala Kalidasa dengan dalang Cecep Supriyadi. Inti ceritanya adalah permintaan Prabu Kresna untuk menentramkan dunia, dengan cara memohon bantuan kepada Prabu Yudisthira untuk menghadap kepada Betara Guru di Kahyangan agara dunia bisa damai.
Prabu Yudisthira menyanggupinya tetapi dengan syarat ingin tidur sebentar dipangkuan Prabu Kresna dan Arjuna. Keinginan tersebut disanggupi oleh kedua orang tersebut, ternyata Prabu Yudisthira tidak tidur melainkan merapalkan ilmunya sehingga sukmanya bisa keluar dari raganya dengan bentuk Denawa / Raksasa sebesar gunung yang selanjutnya menuju Kahyangan untuk menemui Betara Guru.
Maksud Denawa jelmaan sukma Prabu Yudisthira mengaku sebagai Nurkala Kalidasa, dihadang para Dewa yang dipimpin oleh Betara Narada saat akan memasuki gerbang Kahyangan. Mereka tidak mengijinkan Denawa memasuki Kahyangan, meskipun sang Denawa mengaku sebagai jelmaan sukma Putra Pandawa tertua. Perangtandingpun tidak dapat dihindari karena Nurkala Kalidasa memaksa untuk menemui Betara Guru dan tetap dilarang oleh pasukan Dewa, degan kesaktiannya tidak ada satu Dewa pun yang berhasil mengalahkan Nurkala Kalidasa.
Akhirnya Nurkala Kalidasa berhasil menemui Betara Guru dan mendapatkan wejangan utnuk menciptakan perdamaian di dunia, meskipun diakhir cerita nanti akan terjadi perang besar anatar yag benar dengan yang salah di Tegal Kurusetra. Setelah berhasil maksudnya maka sang Denawa memasuki lagi raganya, disaat yang bersamaan Prabu Yudisthira bangun dari tidurnya dipangkuan Prabu Kresna dan Arjuna. Ternyata Prabu Kresna dan Arjuna tidak sadarkan diri karena menunggu terlalu lama memangku Prabu Yudisthira tidur dipangkuannya, akhirnya mereka disadarkan oleh Prabu Yudisthira dan semua wejangan dari Betara Guru disampaikan kepada mereka.
Tutup Lawang Sigotaka....kata sang dalang

Jumat, 22 Mei 2009

Awal Senang Wayang

Seingat saya waktu sekitar kelas dua SD hampir kelas tiga, tepatnya sekitar catur wulan ke-2 (dulu sekolah SD masih memakai sistem catur wulan). Malem minggu kebetulan Bapak sedang mendengarkan RRI Cirebon sekitar jam 9 malam, waktu itu di rumah belum ada listrik. Radio telesonic dengan 12 batu battery lah yang menjadi satu-satunya hiburan dimasa itu.

Awalnya saya sendiri tidak begitu tertarik dengan siaran yang sedang Bapak dengarkan, yang tertangkap oleh telinga saya adalah suara gamelan dan nyanyian sinden (penyanyi dalam bahasa sunda). Lama-kelamaan terdengar juga suara sang dalang yang sedang memainkan wayang saat itu Gatotkaca sedang berhadapan dengan Denawa di Alas Pringgadina Cala (hutan belantara versi sang dalang). Disimak-simak ternyata ada juga persamaan dengan dongeng enteng pasosore yang menjadi kesenangan saya waktu itu, hanya saja tokoh-tokohnya sangat asing ditelinga saya. Yang pertamakali saya ingat adalah tokoh Bima dan Gatotkaca yang ternyata anak dan bapak yang menjadi pembela kebenaran dan sama-sama sakti.
Itulah awalnya saya kenal dengan wayang tepatnya wayang golek, ternyata memang saat itu hampir tiap malam minggu RRI Cirebon selalu mengadakan pertunjukan wayang golek secara langsung di halamannya dan me-relay-nya melalui gelombang radio sehingga bisa dinikmati pula oleh orang-orang yang senang wayang tetapi tempantnya jauh dari RRI Cirebon.

my collections

my url's collectictions are :

http://all-nettools.com
www.thefreecountry.com
www.cardpet.com
www.reallylinux.com
www.tips-tricks.com
www.nationmaster.com
www.coolpdf.com/pdf-watermark.htm