Rabu, 27 Mei 2009

Semar

gambar dari wayanggolek.net

Setelah tragedi perang tanding dengan Sanghyang Rancasan dan diusir dari Kahyangan untuk turun ke Marcapada. Sahngyang Ismaya yang sudah kehilangan ketampanannya berhenti sejenak dan berfikir. Jika masih menggunakan nama aslinya yaitu Sanghyang Ismaya dirasakan sangat tidak cocok, diakrenakan tempatnya para Sanghyang adalah Kahyangan bukan Buana Pancatengah / Marcapada. Untuk menyamarkan statusnya akhirnya Sanghyang Ismaya mengambil nama Semar.

Dalam cerita pewayangan saat turun ke Marcapada keadaannya masih sunyi belum ada penghuninya, menurut cerita saat itu lautan masih mendidih dan bebatuan masih lembek seperti tape singkong. Untuk menemani perjalananannya maka Semar menciptakan mahluk / manusia yang diberinama : Astrajingga / Cepot, Udawala / Dawala dan Gareng / Nalagareng.

Semar mempunyai sifat setia, ramah, gembira, pandai menyimpan rahasia dan tidak pernah menyombongkan diri. Padahal menurut cerita Semar bisa dikategorikan sebagai tokoh yang paling sakti serta mengatahui apa-apa yang sudah, sedang dan akan terjadi. Tetapi walaupun dengan segudang kesaktian tersebut tidak menjadikannya sombong dan ingin berkuasa. Dia sangat mencintai perannya sebagai pengasuh dan pengayom dari keturunan raja-raja darma / raja-raja yang adil bijaksana. Tidak pernah sedikitpun terbersit dalam benaknya untuk mengambil alih suatu urusan, kecuali disaat junjungannya meminta bantuan, itupun setelah benar-benar tidak ada lagi yang bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Jika atasannya mengalami kesulitan selalu memberikan nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat, tetapi jika apa yang dilakukan oleh atasannya salah tidak segan-segan untuk melakukan kritik walaupun dengan cara yang sangat halus namun tajam. Hal semacam ini sering terekam dalam cerita-cerita anggitan (cerita rekaan) yang dibawakan oleh dalang. Tidak jarang disaat akhir pemecahan masalah Semar ini naik ke Kahyangan untuk mendamprat para dewa yang dipimpin oleh Batara Guru jika dirasakan sang pemimpin para dewa tersebut salah dalam mengambil kebijakan. Bahkan dalam beberapa cerita Semar manunggal dengan junjungannya demi menghancurkan serangan / rintangan yang muncul saat itu.

Apapun dan dimanapun Semar, itulah potret dari seorang punakawan / rakyat yang mempunyai kelebihan, tetapi sangat mencintai dan menghormati junjungan / atasannya. Tetapi tidak segan-segan untuk melakukan kritk jika sang pemimpin salah, atau bahkan turun tangan sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah yang termat pelik sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan beri komentar dan terima kasih atas pertisipasi Anda.