Rabu, 27 Mei 2009

Empat Dewa

Dalam dunia pewayangan khususnya wayang golek dikenal tokoh dewa, tokoh-tokoh ini menempati daerah yang disebut kahyangan. Tugas para dewa adalah memelihara perdamaian dan mengayomi kehidupan manusia di marcapada. Secara turun temurun para dewa ini menempati kahyangan sesuai dengan jatah masing-masing. Misalnya Batara Indra di Kaendran, Batara Bayu di Panglawung dan lain-lain.

Di Kahayangan sendiri sebetulnya ada juga tempat yang tidak bisa sembarangan untuk didatangi yaitu tempat tinggal Sanghyang Wenang dan Sanghyang Tunggal, tempat tersebut adalah Ondar-Andir Buana dan Alang-Alang Kumitir. Para dewa ini mempunyai sifat yang abadi dan mempunyai kesaktian yang cukup tinggi serta mempunyai senjata yang sakti pula.

Dunia pewayangan yang sering didengar saat kahyangan dipimpin oleh Batara Guru yang punya sebutan Sanghyang Pramesti Jagat Nata / Sanghyang Manikmaya, sangat jarang dalang yang membawakan cerita saat Sanghyang Tunggal apalagi Sanghyang Wenang berkuasa di Kahyangan. Kalau menurut cerita wayang golek Batara Guru adalah anak bungsu dari Sanghyang Tunggal. Menurut silsilah wayang yang saya perhatikan garis turunan para dewa itu secara garis besarnya begini :

Sanghyang Nurcahya yang menikah dengan Dewi Mahmuni mempunyai anak Sanghyang Nurasa. Sanghyang Nurasa menikah dengan Dewi Sarwati / Dewi Rawati mempunyai putra yang bernama Sanghyang Wenang. Sanghyang Wenang inilah yang melanjutkan memegang kekuasaan di Kahyangan dan menjadikan Dewi Sahoti / Dewi Sati istrinya. Dari pernikahan itu lahirlah Sanghyang Tunggal yang beristrikan Dewi Suyati. Dari pernikahan itu Sanghyang Tunggal mempuyai empat orang putra yaitu : Sanghyang Rancasan, Sanghyang Ismaya, Sanghyang Antaga dan Sanghyang Manik Maya.

Dari mereka inilah para dewa lahir dan cerita dunia pewayangan mulai bergulir, dengan garis pemisah yang jelas kebenaran selalu menang melawan kebathilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan beri komentar dan terima kasih atas pertisipasi Anda.